Sabtu, 12 Maret 2011

Hubungan pengetahuan wawasan seni dan kreativitas siswa dengan hasil menggambar ekspresif di SMA Negeri 1 P angaribuan 2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan atas berkat dan kasih karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga tugas mata kuliah “Seminar Persiapan Tesis“ dapat selesai tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah “Seminar Persiapan Tesis” Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd yang memberikan waktu dan kesempatan, sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Judul proposal yang Penulis angkat dari tugas ini adalah “Hubungan Pengetahuan Wawasan seni Dan Kreatifitas Siswa Dengan Hasil Menggambar Ekspresif Pada Siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan Tahun Ajaran 2010/2011”.
Akhir kata Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk tujuan yang lebih baik dari tugas ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua, terimakasih.

Penulis


Hero Tambunan, S.Pd
NIM. 809122034


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..............................................................................5
1.3 Pembatasan Masalah.............................................................................5
1.4 Perumusan Masalah...............................................................................6
1.5 Tujuan penelitian ..................................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoretis.........................................................................8
2.2 .1. Hasil Menggambar Ekspresif...................................................8
2.3 .2. Kreatifitas siswa.....................................................................11
2.4 3. Pengetahuan Wawasan Seni ..................................................13
2.2 Penelitian Yang Relevan.............................................................18
2.3 Kerangka Berpikir......................................................................19
2.4 Hipotesis Penelitian.....................................................................22


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................23
3.2 Populasi Dan Sampel.....................................................................24
3.3 Metode Penelitian..........................................................................24
3.4 Variabel Dan Defenisi Variabel....................................................25
3.5 Instrumen Pengumpulan Data.......................................................26
3.6 Uji Coba Instrumen.......................................................................30
3.7 Teknik Analisis Data.....................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................33











DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Uraian kegiatan penelitian di mulai dari pembuatan proposal sampai
dengan perbaikan tesis...................................................................................23
Tabel 3.2. Jumlah populasi setiap kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan.......................24
Tabel 3.3. Kisi-kisi soal menggambar ekspresif.............................................................27
Tabel 3.4. Format observasi (Pengamatan) menggambar ekspresif...............................28
Tabel 3.5. Materi wawasan seni......................................................................................29















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, upaya peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional khususnya pendidikan seni, hendaknya disesuaikan dengan tuntutan situasi, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). Sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara bertahap untuk pendidikan seni budaya di SMA tahun 2006, maka pendidikan seni budaya dapat memberikan pengalaman estetis dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan “belajar dengan, melalui, dan tentang seni.”
Pendidikan seni rupa merupakan salah satu bagian dari pendidikan seni budaya yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana pendidikan seni rupa diberikan pada kelas XI IPA dan IPS. Tujuan pelajaran seni rupa di SMA adalah untuk meningkatkan kreatifitas siswa, juga mampu membuat karya seni rupa melalui gambar. Pendidikan seni rupa dilaksanakan dengan teori dan praktik, terdiri dari 2 semester dan setiap pertemuan alokasi waktu 90 menit.
Adapun arah materi untuk mencapai tujuan pengajaran seni rupa menurut Soesatyo (1992) dibagi dalam tiga bagian yaitu: (1) pembinaan teori pendidikan seni yang berintikan konsep pendidikan seni, (2) pembinaan pengetahuan wawasan seni dan (3) pembinaan pengalaman praktik melalui latihan-latihan karya visual.
Berdasarkan pengalaman mengajar guru seni rupa di kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan, kecenderungan siswa menghendaki proses pengajaran pendidikan seni rupa berlangsung dengan kegiatan-kegiatan berupa praktik berkarya. Sebaliknya untuk materi wawasan seni kurang mendapat perhatian, ada kesan materi ini dapat untuk diabaikan. Siswa secara umum beranggapan bahwa materi yang bersifat teori tidak mempunyai arti dan manfaat sebagai bekal dalam mendukung kemampuan menggambar. Bagi siswa yang perlu adalah bagaimana dapat menggambar untuk segera dapat dijadikan pengalaman ataupun bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kemampuan menggambar bukaanlah suatu keahlian yang diperoleh dengan tiba-tiba, melainkan dibutuhkan pengetahuan yang mendasari bagaimana suatu karya visual itu dapat terwujud, dalam hal ini tentunya pengetahuan yang dibutuhkan adalah pengetahuan wawasan seni. Selain itu, pendidikan seni rupa kelas XI SMA pada hakekatnya merupakan suatu alat perbuatan belajar bagi siswa (alat pendidikan), bukan semata-mata media agar anak mampu menciptakan karya.
Kreatifitas, pengembangan ekspresi dan keterampilan merupakan bagian dari sasaran pengajaran seni rupa di SMA. Guru memiliki peranan sebagai penyalur dan pembimbing dalam mengajar seni rupa, ia mempunyai tugas lain untuk mengembangkan sasaran dari pengajaran itu. Oleh sebab itu sangat wajar bila guru harus memiliki bekal berupa kemampuan menggambar minimal pada tingkat kemampuan dasar, meskipun terkadang sulit bagi individu yang kurang memiliki bakat. Hal ini pula mengingat bahwa syarat mutlak bagi seorang guru SMA adalah kreatif (Muharram,1992)
Kemudian mengamati materi dari wawasan pendidikan seni rupa lainnya berhubungan langsung dengan tugas-tugas kependidikan yang diselenggarakan guru SMA, maka muatan-muatan materi ini memberikan dorongan pada siswa untuk memenuhi bekal dalam menghadapi proses belajar-mengajar seni rupa khususnya dalam menggambar.
Dalam menjalankan tugasnya, guru senantiasa akan melaksanakan penilaian, untuk dapat melaksanakannya guru harus memiliki sesuatu pengetahuan tentang terwujudnya suatu karya. Pengalaman seperti ini secara psikologis akan memberikan dampak yang positif, berupa tumbuhnya kesadaran yang memberikan motivasi bagi siswa untuk menciptakan pengalaman dalam menggambar.
Menggambar merupakan salah satu kegiatan dalam seni rupa. Dalam proses pendidikan kegiatan tersebut merupakan salah satu cara untuk memberikan pengalaman estetis pada siswa. Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dapat mewujudkan ide-ide kreatif dalam bentuk visual. Muharram (1992) menegaskan bahwa pengalaman merupakan bagian yang tertua dalam konsep pendidikan, tentunya penegasan ini berlaku bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Selanjutnya bagaimana siswa memiliki pengalaman berkarya, maka cara yang paling sederhana dilakukan dengan melakukan kegiatan menggambar ekspresif. Menggambar ekspresif adalah kegiatan praktik, maka lazimnya setiap praktik akan selalu didahului dengan pengetahuan teoritis sebagai dasar dan penuntun dalam berkarya. Pengetahuan yang dimaksud adalah wawasan seni. Soesatyo (1992) mengungkapkan bahwa salah satu materi pelajaran pendidikan seni rupa sasarannya adalah pembinaan pengetahuan wawasan seni. Dasar pemikiran ini ditunjukkan untuk mendukung sasaran materi pelajaran praktik karya seni rupa, khususnya menggambar ekspresif.
Selanjutnya memandang ruang lingkup wawasan seni, maka kegiatan menggambar tentu sangat sulit untuk dipisahkan, apalagi kegiatan tersebut diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan formal. Dalam hal ini pengetahuan wawasan seni merupakan pengantar secara teori untuk melakukan kegiatan menggambar ekspresif, maka tidak rasional bila kegiatan tersebut mengabaikan pengetahuan wawasan seni. Terlebih untuk komponen seni seperti unsur-unsur seni rupa merupakan keharusan untuk dipahami dalam setiap karya seni rupa wujudnya merupakan hasil dari penyusun, pengaturan dan penataan unsur-unsur melalui medium tertentu dengan berpedoman pada azas atau prinsip seni rupa.
Memperhatikan begitu menariknya upaya untuk meningkatkan hasil menggambar ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan, faktor kreatifitas siswa dapat dirasakan sebagai salah satu faktor yang dapat memberikan kontribusi. Kreatifitas ini bentuknya dapat berupa ide-ide baru atau penyempurnaan gambar dari seseorang kemudian diberi sentuhan teknologi menjadi inovasi baru dalam memecahkan masalah dan meningkatkan daya guna sesuatu untuk kehidupan manusia.
Dengan demikian pengetahuan wawasan seni dan kreatifitas siswa merupakan hal yang mutlak dan diperhatikan untuk dapat meningkatkan hasil belajar menggambar ekspresif siswa.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi hasi belajar menggambar ekspresif siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan? (2) Bagaimana penguasaan siswa tentang pengetahuan wawasan seni? (3) Apakah penguasaan menggambar ekspresif siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan cukup memadai? (4) Bagaimanakah kreatifitas siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan? (5) Apakah disiplin belajar dapat mempengaruhi hasil menggambar ekspresif siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan? (6) Bagaimana peran guru dalam meningkatkan kreatifitas siswa? (7) Apakah terdapat hubungan kreatifitas siswa dengan hasil belajar menggambar ekspresif siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan? (8) Apakah terdapat hubungan pengetahuan wawasan seni dengan hasil menggambar ekspresif siswaSMA Negeri 1 Pangaribuan?

1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini masalah dibatasi berkenaan dengan penguasaan wawasan seni, kreatifitas siswa, dan hasil menggambar ekspresif siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan.
Pengetahuan wawasan seni dibatasi pada pengertian seni, penggolongan seni, pengertian seni rupa, unsur-unsur seni rupa. Karakteristik siswa dibatasi hanya berkenaan dengan kreatifitas siswa. Hasil belajar menggambar ekspresif dibatasi hanya berkenaan dalam ranah afektif dan psikomotor.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan positif yang berarti antara pengetahuan wawasan seni dengan hasil menggambar ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan?
2. Apakah terdapat hubungan positif yang berarti antara kreatifitas siswa dengan hasil menggambar ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan?
3. Apakah terdapat hubungan positif dan berarti antara penguasaan wawasan seni dan kreatifitas dengan hasil menggambar ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan?

1.5 Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari masalah yang akan diteliti maka tujuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan wawasan seni dengan hasil menggambar ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan Tahun Ajaran 2010 / 2011.
2. Untuk mengetahui hubungan antara kreatifitas siswa dengan hasil menggambar ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan Tahun Ajaran 2010 / 2011.
3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara pengetahuan wawasan seni dan kreatifitas siswa dengan hasil menggambar ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan Tahun Ajaran 2010 / 2011.





1.6 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk pengembangan teori-teori di bidang pendidikan, khususnya teori tentang hasil menggambar ekspresif dan kreatifitas siswa.
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai umpan balik guna perbaikan pengajaran penguasaan wawasan seni, pengajaran menggambar ekspresif, dan kreatifitas siswa SMA Negeri 1 Pangaribuan dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan.















BAB II
KERANGKA TIORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Kerangka Tioretis
2.1.1. Hakikat Hasil Menggambar Ekspresif
Menggambar ekspresif merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam seni rupa, yang memberikan pengalaman estetis pada siswa-siswi. Menurut Muharram (1992) pengalaman yang diperoleh siswa dapat mewujudkan ide-ide kreatif dalam bentuk visual, tentunya penegasan ini berlaku bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menurut Sachari (2007) dalam menggambar ekspresif, asas-asas menggambar perlu diperhatikan, antara lain: (1) Komposisi adalah cara mengatur atau mengorganisasikan unsur-unsur gambar sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan gambar terlihat harmonis. (2) Keseimbangan adalah cara mengatur objek gambar secara serasi dalam bidang gambar, sehingga objek gambar utama terlihat jelas. (3) Proporsi adalah asas kesebandingan dan kepatutan bentuk yang didekati oleh beberapa teori. (4) Dinamika dan Irama adalah kesan sebuah garis, warna, atau bentuk baik secara berulang-ulang maupun dinamis, sehingga secara keseluruhan tidak monoton. (5) Aksentuasi adalah upaya menggungkapkan unsur pembeda pada satu ungkapan bahasa rupa agar tidak berkesan monoton dan membosankan. (6) Kesatuan adalah paduan dari berbagai unsur bahasa rupa yang membentuk sebuah konsep ketautan dan pengikatan sehingga menimbulkan kesan satu bentuk yang mempunyai komposisi yang baik
Selanjutnya Nursantara (2007) membedakan gambar ekspresif yang terdiri dari: (1) gambar ilustrasi yaitu gambar untuk memperjelas suatu narasi atau cerita; (2) kartun adalah bentuk gambar yang diekspresikan dengan karakter lucu, ataupun suatu perilaku yang mengandung selera humor; (3) gambar karikatur adalah gambar yang menggungkapkan situasi sosial, tokoh politik, tokoh terkenal, dan berbagai fenomena kebudayaaan, secara kritis atau dilebih-lebihkan cara penggungkapannya; (4) iklan adalah salah satu media komunikasi antara produsen dan masyarakat; (5) poster adalah media iklan / informasi yang ditempelkan di dinding atau tempat tertentu.
Proses akhir pembelajaran adalah hasil belajar yang dicapai pebelajar dalam hal ini hasil menggambar ekspresif. Menurut Bloom seperti yang ditulis Dimianti dan Mudjiono (1999) hasil belajar dibagi dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Kawasan yang behubungan dengan penguasaan wawasan seni antara lain afektif dan psikomotor. Kawasan afektif terdiri dari perilaku sebagai berikut: (1) penerimaan yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan ketersediaan memperhatikan hal tesebut, misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan; (2) partisipasi, yang mengharapkan kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, misalnya mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; (3) penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap, misalnya menerima suatu pendapat orang lain; (4) organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup, misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab; (5) pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi, misalnya kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang disiplin.
Kawasan psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: (1) persepsi yng mencakup kemampuan mendeskripsikan hal-hal secara khas, dan menyadari perbedaan yang khas tersebut, seperti membedakan angka 6 dan 9; (2) kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani, seperti posisi start lomba lari; (3) gerakan terbimbing, mencakup melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya menirukan gerak tari; (4) gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat; (5) gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar , efisien, dan tepat. Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat; (6) penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan bertanding; (7) kreatifitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak dan desain yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan menggambar ilustrasi dengan mengembangkan contoh gambar yang sudah ada.
Hasil belajar merupakan cerminan keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada setiap mata pelajaran yang diikutinya. Untuk mencapai keberhasilan tentunya siswa harus belajar, jadi belajar itu sendiri dapat dikatakan suatu usaha yang menghasilkan perubahan baik dalam pernyataan maupun keterampilan. Dengan belajar siswa akan mengalami perubahan dalam berfikir, bertindak, dan berbuat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Hasil belajar menggambar ekspresif adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar dimana perubahan yang terjadi dapat dikelompokkan ke dalam dua bidang meliputi afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Untuk hasil belajar teori dinyatakan dalam skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes yang diadakan setelah selesai program pengajaran. Tes pengetahuan disusun dan dikembangkan dari seluruh pokok bahasan menggambar ekspresif yang terdapat pada silabus mata pelajaran seni rupa kelas XI. Sedangkan untuk praktik digunakan lembar pengamatan dengan materi: gambar ilustrasi, sketsa ide, gambar karikatur, iklan, poster.

2.1.2. Hakikat Kreativitas Siswa
Kreatifitas adalah terjemahan dari kata “creatifity”, yang dalam bahasa inggris mempunyai akar kata “to create” yang artinya mencipta. Kreatifitas dibentuk dari kata kreatif sebagai kata sifat seseorang yang memiliki daya cipta. Hasil kreatifitas dapat meliputi sesuatu yang baru, baik yang sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau budaya maupun yang relatif baru bagi individu itu sendiri, walaupun orang lain telah mencipta sebelumnya.
Arieti (1991) mengemukakan bahwa kreatifitas adalah suatu hak istimewa manusia yang dapat dilihat sebagai suatu bentuk kemampuan yang melengkapi hubungan manusiawi antara sesama ciptaan Tuhan dan merupakan salah satu alat maupun cara yang dapat membebaskan keberadaan hakekat kemanusiaan dari belenggu reaksi-reaksi maupun pilihan-pilihan cara atau tindakan yang sudah menjadi kebiasaan. Munandar (1998) mengemukakan bahwa kreatifitas merupakan fenomena yang sudah ada sepanjang masa sejarah manusia, karena kreatifitas ialah manusia dalam bentuk unsur-unsur kebudayaan yang abadi. Kreatifitas yang dimiliki manusia lahir bersama dengan lahirnya manusia itu dan dapat muncul serta terwujud dalam semua bidang kegiatan manusia dan juga kreatifitas bersumber dari keterbukaan, kemauan untuk berubah dan kemampuan untuk menggunakan kekayaan ide yang dimiliki manusia, karena kreatifitas tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, suku, bangsa dan kebudayaan.
Kreatifitas merupakan sifat dan keterampilan seseorang yang dimiliki dalam tingkatan yang berbeda. Kreatifitas dalam diri seseorang dapat dilihat dari ciri-ciri kreatifitas seperti yang dikemukakan oleh Semiawan (1984) Sebagai berikut: dorongan ingin tahu yang besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat menggungkapkannya, tidak mudah dipengaruhi orang lain,rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian tinggi dalam ungkapan gagasan, karangan serta hal lainnya, dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan orang lain, dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan atau merinci suatu gagasan.
Berdasarkan hal ini maka dapat dikemukakan bahwa yang disebut kreatifitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi, sehingga dapat menciptakan suatu karya visual baru yang berupa gagasan atau ide-ide kreatif, serta memecahkan suatu masalah. Untuk mengukur tingkat kreatifitas siswa digunakan angket yang mengukur kreatifitas siswa antara lain menggambarkan fleksibilitas, tidak menang sendiri, dinamis, keberanian untuk terbuka, kaya akan inisiatif, bekerja keras, mandiri, dan percaya diri.

2.1.3. Hakikat Wawasan Seni
Wawasan seni adalah pandangan, sikap, pendekatan dan pengertian tentang prinsip berkesenian terhadap karya seni. Wawasan seni penting untuk ketahui karena merupakan sikap dan pandangan terhadap masalah kesenian. Seni secara etimologi merupakan padanan kata art (Inggris), ars (Latin) dan techne (Yunani). Techne memiliki arti kemahiran atau ketrampilan yang tinggi dalam menciptakan benda kebutuhan sehari-hari. Pengertian seni tersebut mengalami perkembangan sejalan dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Dari perkembangan seni muncul beberapa pendapat tentang definisi seni.
Menurut Dermawan (1988) seni memiliki pengertian: (1) seni sebagai kegiatan manusia, melalui kegiatan atau aktifvitasnya dalam melahirkan karya seni, (2) seni sebagai keterampilan untuk membuat barang-barang kebutuhannya (seni pakai), (3) seni sebagai karya seni, artinya sesuatu yang meliputi setiap benda buatan manusia, (4) seni sebagai keindahan (seni murni), artinya kegiatan yang menghasilkan karya indah.
Setiap bentuk karya seni memiliki kelebihan, aturan-aturan, nilai dan ukuran atau dimensi. Karena itu keindahan yang ditampilkan oleh seni rupa berbeda dengan yang ditampilkan seni musik, seni tari, seni sastra, atau seni drama. Menurut Sachari (2007: 66) cabang-cabang seni sebagai berikut:
Seni dikelompokan dari segi inderawi, jenis media, dan perpaduan unsur-unsurnya, penggolongan tersebut meliputi: (1) seni visual (visual art) , seni penglihatan disebut juga seni rupa karena berhubungan dengan unsur-unsur yang kasat mata. Cabang ini dirinci atas karya dua dimensi dan karya tiga dimensi, (2) seni audio (auditory art), bentuk karya seni yang dapat dinikmati oleh indra pendengaran (telinga). Dirinci dengan nada, dengan kata, perpaduan dengan nada dan kata, (3) seni audio visual (auditory-visual art), bentuk karya seni yang dapat dinikmati dengan indra penglihatan sekaligus dengan indra pendengaran yang meliputi perpaduan gerak dan nada, perpaduan gerak, kata, dan pendengaran.
Dari berbagai pengertian dan penggolongan seni, maka dapat defenisikan pengertian seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni visual (visual art) dua dimensi dan tiga dimensi dengan media yang bisa ditangkap mata juga dirasakan dengan rabaan, kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Unsur-unsur fisik dalam sebuah karya seni rupa pada dasarnya meliputi semua unsur fisik yang terdapat pada sebuah benda. Dengan demikian pengamatan terhadap unsur-unsur visual pada karya seni rupa ini tidak berbeda dengan pengamatan terhadap benda-benda yang ada di sekeliling kita. Semakin baik pengenalan terhadap unsur-unsur visual ini akan semakin baik pula pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu yang dilihatnya. Unsur-unsur seni rupa atau unsur-unsur visual tersebut umumnya dikelompokkan sebagai berikut:
a. Garis (line)
Garis merupakan unsur mendasar dan unsur penting dalam mewujudkan sebuah karya seni rupa. Perwujudan karya seni rupa pada umumnya diawali dengan coretan garis sebagai rancangannya. Garis memiliki dua dimensi memanjang dan mempunyai arah serta sifat-sifat khusus seperti: pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, melengkung, berombak dan seterusnya. Garis dapat terjadi karena titik yang bergerak dan membekaskan jejaknya pada sebuah permukaan benda. Dalam seni gambar (drawing), bentuk garis dapat segera dikenali dengan mudah karena garis dalam karya drawing bersifat aktual. Sedangkan pada karya seni lainnya seperti seni patung misalnya, garis mungkin bersifat maya yang terbentuk dari perbedaan letak dan bentuk permukaan patung tersebut. Dalam sebuah karya seni rupa garis dapat juga digunakan sebagai simbol ekspresi. Garis tebal tegak lurus misalnya, memberi kesan kuat dan tegas, sedangkan garis tipis melengkung, memberi kesan lemah. Karakter garis yang dihasilkan oleh alat yang berbeda akan menghasilkan karakter yang berbeda pula.
b. Raut ( Bidang dan Bentuk )
Raut merupakan tampak, potongan atau bentuk dari suatu objek. Raut dapat terbentuk dari garis yang mencakup ukuran luas tertentu yang membentuk bidang. Raut juga dapat berarti perwujudan dari sebuah objek atau sering disebut bidang. Raut dalam pengertian yang luas dapat berarti bidang atau bangun. Walaupun demikian ada pula yang mencoba membedakan kedua pengertian tersebut dengan menyebutkan bidang untuk menunjuk bentuk yang cenderung pipih atau datar sedangkan bangun lebih menunjukkan kepada bentuk benda yang memiliki volume (mass) Dalam pengertian yang kedua ini, “bidang” diartikan sebagai unsur seni rupa yang terbentuk dari pertemuan ujung sebuah garis atau perpotongan beberapa buah garis. Bidang dapat juga ditimbulkan dan dibentuk oleh pulasan warna atau nada gelap-terang. Bentuk atau bangun, yaitu unsur yang selalu berkaitan dengan benda, baik benda alami maupun buatan. Bentuk atau bangun benda dapat berupa bangun beraturan seperti lingkaran, segi empat segi tiga atau tidak beraturan.
c. Ruang.
Unsur keruangan dari sebuah karya seni rupa menunjukan dimensi dari karya seni rupa tersebut. Ruang dua dimensi hanya menunjukkan ukuran (dimensi) panjang dan lebar sedangkan ruang pada karya seni rupa tiga dimensi terbentuk karena adanya volume yang memberikan kesan kedalaman. Walaupun demikian, seniman lukis atau grafis yang membuat karya dua dimensi dapat juga menghadirkan kesan tiga dimensi atau kesan ruang pada karyanya dengan pengolahan unsur-unsur kerupaan lainnya seperti perbedaan intensitas warna, terang-gelap, atau menggunakan teknik menggambar perspektif untuk menciptakan ruang semu (khayal). Berbeda dengan pematung, arsitektur atau desainer interior, ruang tiga dimensi pada karya-karya mereka adalah ruang yang sebenarnya. Kesan tiga dimensional ini secara visual terlihat secara manipulatif bahwa objek yang dekat dengan mata pengamat berukuran lebih besar dari objek.
d. Tekstur.
Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan, bisa halus, kasar, licin dan lain-lain (Nursantara, 2004:38). Unsur tekstur adalah kualitas taktil dari suatu permukaan. Taktil artinya dapat diraba atau yang berkaitan dengan indra peraba. Disamping itu, tekstur juga dapat dimaknai sebagai penggambaran struktur permukaan suatu objek baik halus maupun kasar. Berdasarkan wujudnya, tekstur dapat dibedakan atas tekstur asli dan tekstur buatan. Tekstur asli adalah perbedaan ketinggian permukaan objek yang nyata dan dapat diraba, sedangkan tekstur buatan adalah kesan permukaan objek yang timbul pada suatu benda karena pengolahan garis, warna, ruang, terang gelap.
e. Warna
Warna merupakan unsur rupa yang memberikan nuansa bagi terciptanya karya seni, dengan warna dapat ditampilkan karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Melalui berbagai kajian dan eksperimen, jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis Warna Primer, Warna Sekunder, Warna Tersier. Warna Primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna lain. seperti ( merah, kuning, biru ). Warna Sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua warna Primer. misalnya warna biru campur warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange. Warna Tersier Adalah pencampuran dari dua warna sekunder.
f. Gelap-Terang
Unsur gelap-terang timbul karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan benda. Perbedaan ini menyebabkan munculnya tingkat nada warna (value) yang berbeda. Perbedaan unsur nada gelap terang memberikan kesan permukaan yang sempit, lebar, arah dan efek keruangan. Ruang yang gelap seringkali memberikan kesan sempit dan berat sedangkan ruang yang terang memberikan kesan ringan, luas dan lapang.
Dalam pengetahuan wawasan seni, siswa diharapkan dapat menyimpulkan pengetahuan yang diinformasikan didalam ingatannya, maka ia dapat menggungkapkan kembali. Pengetahuan wawasan seni yang dimaksud adalah pengertian seni, penggolongan seni, pengertian seni rupa, dan unsur-unsur seni rupa.

2.2 Penelitian Yang Relevan
Hasil-hasil penelitian yang relevan tentang menggambar ekspresif, wawasan seni, dan kreativitas siswa diantaranya: Butar-butar (1987) mengemukakan terdapat hubungan antara wawasan kewirausahaan, dan sikap terhadap wiraswasta dengan niat berwiraswasta mahasiswa FT-Unimed (r= 0,54). Sugito (2004) menemukan hubungan metode pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar menggambar bentuk pada murid SD Swasta Yayasan Perguruan Harapan Mandiri Medan (r=0,67)
Berkaitan dengan kreativitas, Manullang (2000) menemukan terdapat hubungan yang berarti antara konsep diri dan kreativitas dengan hasil belajar matematika teknik (r=0,57). Akhirnya Sihombing (2007) menemukan terdapat hubungan kreativitas dengan minat berwirausaha enterteinment mahasiswa sendratasik FBS Unimed (r=0,491).

2.3 Kerangka Berfikir
2.3.1 Hubungan Antara Penguasaan Wawasan Seni Dengan Hasil Belajar Menggambar Ekspresif
Wawasan seni adalah pandangan, sikap, pendekatan dan pengertian tentang prinsip berkesenian terhadap karya seni. Wawasan seni penting untuk ketahui karena merupakan sikap dan pandangan terhadap masalah kesenian. Wawasan seni yang dimiliki siswa merupakan gambaran kemampuan teori yang dapat diwujudkan dalam bentuk menggambar ekspresif.
Dalam pengetahuan wawasan seni, siswa diharapkan dapat menyimpulkan pengetahuan yang diinformasikan didalam ingatannya, maka ia dapat menggungkapkan kembali. Pengetahuan wawasan seni yang dimaksud adalah pengertian seni, penggolongan seni, pengertian seni rupa, dan unsur-unsur seni rupa. Dengan demikian dapat diduga siswa yang memiliki wawasan seni yang tinggi akan dapat menguasai gambar ekspresif, sehingga diduga terdapat hubungan pengetahuan wawasan seni dengan hasil menggambar ekspresif.

2.3.2 Hubungan Antara Kreatifitas Siswa Dengan Hasil Belajar Menggambar Ekspresif
Kreatifitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi, sehingga dapat menciptakan suatu karya visual baru yang berupa gagasan atau ide-ide kreatif, serta memecahkan suatu masalah. Ide-ide kreatif akan muncul jikalau guru mengupayakan proses pembelajaran menggambar ekspresif dalam bentuk masalah, sehingga muncul ide-ide kreatif siswa untuk memecahkan masalah di luar kategori yang biasa.
Dorongan ingin tahu yang besar, kemampuan berargumentasi dalam menghadapi masalah, tidak mudah dipengaruhi orang lain, dan yakin akan kemampuan diri sendiri merupakan gambaran kreatifitas siswa yang tentunya sangat mendukung kepada hasil belajar dalam bentuk praktik (keterampilan) termasuk menggambar ekspresif. Aspek-aspek kreatifitas pada hakikatnya menuntut munculnya kemampuan individual siswa, oleh sebab itu bagi siswa yang memiliki kreatifitas yang tinggi tentunya akan lebih mudah menuangkan ide-ide kreatif dalam bentuk gambar ekspresif. Dengan demikian diduga terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kreatifitas siswa dengan hasil menggambar ekspresif.

2.3.3. Hubungan Antara Pengetahuan Wawasan Seni Dan Kreatifitas Siswa Secara Bersama-Sama Dengan Hasil Menggambar Ekspresif
Pengetahuan wawasan seni merupakan konsep dasar bagi siswa untuk dapat menguasai praktik menggambar ekspresif. Dalam hal ini pengetahuan wawasan seni merupakan pengantar secara teori untuk melakukan kegiatan menggambar ekspresif, maka tidak rasional bila kegiatan menggambar mengabaikan pengetahuan wawasan seni. Terlebih untuk pengertian seni, penggolongan seni, pengertian seni rupa, dan unsur-unsur seni rupa merupakan keharusan untuk dipahami dalam setiap karya seni rupa, wujudnya merupakan hasil dari penyusun, pengaturan dan penataan unsur-unsur melalui medium tertentu dengan berpedoman pada azas atau prinsip seni rupa.
Saat siswa mengikuti proses belajar-mengajar menggambar ekspresif walaupun kompetensi yang diinginkan berdasarkan silabus namun dianjurkan untuk melihat contoh gambar dari berbagai sumber antara lain buku, majalah, dan mengakses gambar-gambar ekspresif dari internet. Tujuannya adalah untuk dapat mengembangkan kreatifitas siswa sehingga hasil gambar ekspresif memiliki nilai estetis, memunculkan ide-ide kreatif dalam bentuk gambar baru, ataupun mengembangkan gambar yang sudah ada. Pada proses belajar ini pengetahuan wawasan seni jika disertai dengan ide kreatif dan gagasan imajinatif tentunya akan memberi hasil belajar yang baik dalam menggambar ekspresif.
Hasil gambar eskpresif terdiri dari gambar ilustrasi, kartun, karikatur, poster, iklan sebagai wujud dari kreatifitas siswa. Dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan yang positif dan berarti antara pengetahuan wawasan seni, dan kreatifitas siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar menggambar ekspresif.






2.4 Hipotesis
Berdasar kerangka teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Terdapat hubungan positif yang berarti antara Pengetahuan Wawasan Seni dengan Hasil Menggambar Ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan Tahun Ajaran 2010 / 2011.
2) Terdapat hubungan positif yang berarti antara Kreatifitas Siswa dengan Hasil Menggambar Ekspresif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan Tahun Ajaran 2010 / 2011.
3) Terdapat hubungan positif dan berarti antara Pengetahuan Wawasan Seni dan Kreatifitas Siswa secara bersama-sama dengan Hasil Menggambar Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan Tahun Ajaran 2010 / 2011.











BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pangaribuan Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara yang terdiri dari kelas XI. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2011 hingga Juni 2011. Secara rinci uraian kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Uraian kegiatan penelitian di mulai dari pembuatan proposal sampai dengan perbaikan tesis

NO URAIAN KEGIATAN JANUARI PEBRUARI MARET
APRIL MEI JUNI
1 Pembuatan dan bimbingan
2 Ujian seminar proposal

3 Perbaikan proposal

4 Pengambilan data


5 Pengolahan data

6 Ujian meja hijau

7 Perbaikan


3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan tahun ajaran 2010 / 2011 terdiri dari 2 kelas dengan jumlah siswa 68 orang.
Tabel 3.2. Jumlah populasi setiap kelas XI SMA Negeri 1 Pangaribuan
No Kelas Jumlah Siswa
1 XI IPA 1 33
2 XI IPS 1 35
Jumlah 68

3.2.2. Sampel
Penentuan banyaknya sampel penelitian ini berpedoman pada pendapat Arikunto (2005:120) yang menyatakan ”untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Dengan demikian sampel ditentukan sebanyak 68 orang.

3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional yang tujuannya untuk mengetahui hubungan variabel Pengetahuan Wawasan Seni (X1), dan Kreatifitas Siswa (X2) dengan Hasil Menggambar Ekspresif (Y)

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional
3.4. 1. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah Pengetahuan Wawasan Seni dan Kreatifitas Siswa, sedangkan variabel terikat adalah Hasil Menggambar Ekspresif.


3.4.2. Defenisi Variabel
Untuk memperjelas variabel penelitian agar tidak terjadi perbedaan persepsi, maka defenisi operasional sebagai berikut:
a. Pengetahuan wawasan seni merupakan skor kemampuan teori yang dimiliki siswa mengenai pengertian seni, penggolongan seni, pengertian seni rupa, unsur-unsur seni rupa yang diperoleh melalui tes pengetahuan.
b. Kreatifitas siswa adalah daya cipta dan ide kreatif siswa untuk menciptakan karya visual. Hal ini tercermin dari indikator fleksibel, dinamis, berani, kaya akan inisiatif, kerja keras, mandiri, dan percaya diri, yang diukur dengan menggunakan angket yang diperoleh dari UPT-BKBP Unimed.
c. Hasil menggambar ekspresif adalah skor yang menggambarkan kompetensi siswa dalam: menggambar ilustrasi, kartun, karikatur, iklan, dan poster. Untuk memperjelas hubungan antar variabel, maka dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut:






Gambar 3.1. Paradigma Penelitian

Keterangan:
X1= Variabel Pengetahuan Wawasan Seni
X2= Variabel Kreatifitas Siswa
Y = Hasil Menggambar Ekspresif
3.5 Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1. Hasil Menggambar Ekspresif
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar menggambar ekspresif adalah tes objektif dan lembar pengamatan. Tes objektif dimaksudkan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan berganda(multiple choice) dengan (4) empat option jawaban. Dimana jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah maka diberi nilai 0.
Setiap butir soal disediakan 4 (empat) pilihan jawaban diantaranya terdapat satu jawaban yang benar. Untuk pengukuran selanjutnya jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor nol yang diperoleh setiap responden menjadi skor total kemampuannya pada hasil menggambar ekspresif. Untuk menghitung skor total digunakan rumus sebagai berikut: Skor Total = S-R, dimana S=jawaban yang benar dan R=jawaban yang salah (Arikunto, 2005:172).
Adapun kisi-kisi materi kemampuan belajar menggambar ekspresif dari siswa-siswi dapat dijelaskan seperti pada tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kisi-kisi Soal Menggambar Ekspresif

POKOK BAHASAN ASPEK DAN NOMOR BUTIR
JUMLAH
C1 C2 C3 C4 C5
1. Gambar Ilustrasi 1,2 3 4,5 6,7 7
2. Gambar Kartun 8,9 10 11 12 13,14 7
3. Gambar Karikatur 15,16 17,18 19,20 21 7
4. Iklan 22,23 24,25 26, 27 28 7
5. Poster 29,30 31,32 33,34 35,36 8
Jumlah Total Butir 10 7 6 6 8 36
Catatan:
C1: Pengetahuan C3: Aplikasi C5: Kreativitas
C2: Pemahaman C4: Evaluasi
Di samping kemampuan teori, kemampuan praktik juga merupakan gambaran dari taraf penguasaan siswa pada mata pelajaran seni rupa. Menurut Poerdarminta (1985) praktikum adalah cara melakukan apa yang tersebut dalam teori. Dari defenisi ini berarti praktikum merupakan perwujudan dari suatu teori tertentu. Berdasarkan pandangan ini kegiatan praktik yang terdapat pada materi menggambar ekspresif adalah menggambar ilustrasi, gambar kartun, karikatur, iklan, dan poster
Selanjutnya pengukuran kemampuan praktikum Hasil Menggambar Ekspresif digunakan lembar observasi. Instrumen ini dimaksudkan untuk mengukur kreatif dan inovatif siswa, kecermatan, ketepatan waktu, kedisiplinan, kerapian dalam menyelesaikan gambar sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran seni rupa. Berikut format observasi (pengamatan) hasil menggambar ekspresif.
Tabel 3.4. Format Observasi (Pengamatan) Menggambar Ekspresif
No Aspek Komponen ST T TT STT
I Persiapan menggambar
1. Penyediaan alat-alat gambar
2. Pemilihan bahan
II Asas-asas menggambar 1. Komposisi
2. Keseimbangan
3. Proporsi
4. Dinamika dan Irama
5. Aksentuasi
6. Kesatuan
III Hasil gambar 1. Gambar ilustrasi
2. Gambar kartun
3. Karikatur
4. Iklan
5. Poster
IV Waktu yang digunakan 1. Sesuai dengan jadwal 1 jam pelajaran
2. 5 menit kurang dari jadwal
3. 10 menit kurang dari jadwal
4. Lebih dari 10 menit dari jadwal

Catatan:
ST = Sangat Tepat, apabila kriteria yang tercapai pada rentang nilai 80-100 : 4
T = Tepat, apabila kriteria yang tercapai pada rentang nilai 60-79 : 3
TT = Tidak Tepat, apabila kriteria yang tercapai pada rentang nilai 40-59 : 2
STT= Sangat Tidak Tepat, apabila kriteria yang tercapai pada rentag nilai20-39 : 1

3.5.2. Kreatifitas Siswa
Kreatifitas siswa dijaring melalui angket kreatifitas yang diperoleh dari UPT-BKBP Unimed, dimana kreatifitas yang diukur mencakup kreatifitas figure, dan hasilnya ditranfer kepada kategori kecerdasan kreatifitas (QC).
3.5.3. Pengetahuan Wawasan Seni
Untuk variabel pengetahuan wawasan seni dijaring melalui tes objektif pilihan berganda. Hal ini didasarkan atas pertimbangan objektivitas penilaian dan keragaman atau keluasan materi yang ditanyakan. Setiap butir soal disediakan 4 (empat) pilihan jawaban diantaranya terdapat satu jawaban yang benar. Untuk pengukuran selanjutnya jawaban yang benar akan diberi skor 1(satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0(nol) yang diperoleh setiap responden menjadi skor total pada pengetahuan wawasan seni. Untuk menghitung skor total digunakan rumus, Skor Total = S-R, dimana S= jawaban yang benar dan R= jawaban yang salah (Arikunto, 2005 : 172). Kisi-kisi instrument Pengetahuan Wawasan Seni seperti pada tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5 Materi Wawasan Seni

Wawasan Seni Aspek dan Butir Tes
Jumlah
C1 C2 C3 C4 C5
1. Pengertian seni 1, 2 3, 4 5 6, 7 8, 9 9
2. Penggolongan seni 10,11,12
13, 14, 15 16, 17 18
9
3. Pengertian seni rupa 19, 20 21, 22 23, 24 25, 26 27
9
4. Unsur-unsur seni rupa 28,29,30 31 32, 33 34 35, 36
9
Jumlah 10 7 6 7 6 36
Catatan:
C1 : Pengetahuan C3 : Aplikasi C5 : Kreativitas
C2 : Pemahaman C4 : Evaluasi

3.6 Uji Coba Instrumen
Sebelum melakukan penelitian yang sesungguhnya dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah disusun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji coba. Tujuan dari pelaksanaan uji coba adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya di ukur (validitas) dan seberapa jauh alat ukur tersebut andal (reliabel) dan dapat dipercaya. Untuk menghitung validitas butir tes pengetahuan wawasan seni dan hasil menggambar ekspresif digunakan rumus Point Biserial (Arikunto, 2005) dan dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan rumus KR.20. Selanjutnya untuk lembar pengamatan yang dilakukan uji keterandalan (reliabilitas) dengan rumus Anava (Arikunto, 2005). Pengunaan instrument yang sahih dan andal dimaksudkan untuk mendapatkan data dari ubahan yang kemampuannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

3.7 Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi korelasi sederhana dan korelasi ganda, sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas dan linieritas regresi.


3.7.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk memeriksa apakah data variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-Square (X2) dengan taraf nyata α = 0,05

3.7.2. Uji Linieritas Data
Uji ini dilakukan untuk meyakinkan apakah regresi (bentuk linier) yang didapat ada artinya bila dipakai untuk membuat kesimpulan mengenai pertautan antara beberapa variabel yang sedang di analisis. Regresi linier dinyatakan bila harga Fhitung < F tabel pada taraf signifikansi 0,05. 3.7.3. Analisis Data Teknik analisis data yang relevan untuk menguji hipotesis satu dan dua adalah korelasi sederhana, sedangkan hipotesis tiga di uji dengan analisis regresi dan korelasi ganda. Dalam analisis data bagian terakhir dilakukan perhitungan parsial dengan mengkorelasikan setiap variabel bebas dengan variabel terikat. Uji ini untuk meyakinkan pada pengujian korelasi sederhana sebelumnya dan sebagai pengecekan kembali dengan metode parsial. Korelasi parsial dimaksudkan untuk mengetahui hubungan satu variabel bebas dengan variabel terikat yang dianggap tetap (Sudjana, 1992). Untuk pengecekan harga koefisien parsial apakah signifikansi atau tidak digunakan uji thitung. Keberartian harga thitung terhadap ttabel diuji dengan taraf signifikan 5%. Teknik analisis regresi korelasi ganda untuk menguji hipotesis ketiga digunakan persamaan garis regresi sebagai berikut: Ŷ = aO + a1X1 + a2X2. Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama Ho : ρ1y = 0 Ha : ρ1y > 0
2. Hipotesis kedua
Ho : ρ2y = 0
Ha : ρ2y > 0
3. Hipotesis ketiga
Ho : R12y = 0
Ha : R12y > 0
Keterangan:
ρ1y = koefisien korelasi antara Pengetahuan Wawasan Seni (X1) dengan Menggambar Ekspresif (Y).
ρ2y = koefisien korelasi antara Kreatifitas Siswa (X2) dengan Menggambar Ekspresif (Y).
R12y = Koefisien korelasi ganda antara Pengetahuan Wawasan Seni (X1), dan Kreatifitas Siswa (X2) dengan Menggambar Ekspresif (Y).













DAFTAR PUSTAKA

Adyati.1984. Belajar Aktif Seni Rupa. Jakarta: Gramedia

Arieti, Silvano. 1991, Creativity: The Magic Synthesis, New York: Basic Book, inc. Publishers.
Arikunto, S .2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Depdiknas RI. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Puskur

Dermawan, Budiman, 1988, Pendidikan Seni Rupa untuk SMA Kelas 1 Semester 1 dan 2, Bandung: Ganeca Exact Bandung

Dimianti, Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muharram. 1992. Pendidikan Kesenian Seni Rupa. Jakarta: P& K.

Munandar, Utami S.C, 1998. Kreatifitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Nursantara, Yayat, 2004. Kesenian SMA Untuk Kelas XI, Erlangga, Jakarta.

Nursantara, Yayat, 2007, Seni Budaya Untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.

Sachari, Agus. 2007. Seni Rupa Dan Desain SMA. Bandung: Erlangga

Sagala, Sofian, 2002, Menggambar IlustrasiI & II, Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Semiawan, Conny R, 1984. Memupuk Bakat dan Kreatifitas Sekolah Menengah, Jakarta. Gramedia.


Soesatyo. 1992. Rancangan Kegiatan Pendidikan Kesenian II. Yogyakarta: P & K

Sudjana, N. 1992. Metode Statistika. Bandung. L. Tarsito

Sudjana, N. 1992. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Bandung: Tarsito.

























HUBUNGAN PENGETAHUAN WAWASAN SENI DAN KREATIFITAS SISWA DENGAN HASIL MENGGAMBAR EKSPRESIF PADA SISWA SMA NEGERI 1 PANGARIBUAN TAHUN AJARAN 2010/2011

TUGAS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Seminar Persiapan Tesis pada
Program Studi Teknologi Pendidikan


oleh :
HERO TAMBUNAN
NIM : 809122034









PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)
MEDAN
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar